Upaya Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Umur 4-5 tahun Melalui Bermain Kreatif “Cat Air”
Diajukan
Sebagai Tugas Makalahh Untuk Syarat UTS Kreativitas Anak Usia Dini
Disusun Oleh
:
RINI APRILLIA
14022021/2014
Lokal
A
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Anak
usia dini merupakan individu yang berbeda, unik dan memiliki karakteristik
tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan
masa keemasan ( golden age ) dimana
stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan
selanjutnya. Perlu disadari bahwa masa awal kehidupan anak merupakan masa
terpenting dalam rentang kehidupan seseorang anak. pada masa ini pertumbuhan.
Bermain
adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuan dan perkembangan anak.
Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak itu
sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan
bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar anak. Karena pada
dasarnya anak itu bermain sambil belajar, belajar selaya bermain. Tetapi
sekarang ini anak di tuntut untuk membaca, menulis, dan berhitung. Hendaknya
anak dikenalkan dahulu konsep dasar dengan metode bermain dan bernyanyi,
sehingga anak tidak merasa terbebani akan tugas yang semsetinya belum saatnya
anak terima.
Semua anak yang lahir di dunia pasti
mempunyai sisi kreativitas, tapi dalam kadar yang berbeda. Tinggi rendahnya
kreativitas anak dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor genetika (bawaan lahir)
dan faktor lingkungan. Kreativitas ini akan tumbuh secara optimal jika kedua
faktor dipadukan secara baik. Seperti perkembangan kepribadian, perkembangan
kreativitas anak terkait erat dengan pola asuh. Hubungan ibu atau orang dekat
lainnya dengan anak memberikan dasar bagi bagaimana dan sejauh mana anak dapat
mengembangkan kreativitasnya. Pengasuhan yang dilandasi oleh hubungan yang
hangat, nyaman, dan mendukung akan menghasilkan keleluasaan pada anak untuk
mengembangkan dirinya, termasuk juga mengembangkan kreativitas.
Kreativitas dan bakat
pada diri anak perlu dipupuk dan dikembangkan. Karena dengan kreativitas dan
bakat yang dimilikinya itu mereka dapat menjadi pribadi-pribadi yang kreatif.
Tetapi terkadang saat sekarang ini guru belum dapat mengembangan kreativitas
anak, karena strategi atau metode yang digunakan tidak bervariasi dan menarik
bagi anak, Oleh karena itu, sebagai calon guru kita harus dapat mengembangkan
kreativitas anak dengan maksimal hingga kreativitas anak tidak mati. Dari uraian
latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk menulis sebuah
makalah dengan judul “Upaya
Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Umur
4-5 tahun Melalui Bermain Kreatif “Cat Air”
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
batasan masalah yang diuraikam sebelumnya, maka rumusan masalah dalam makalah
ini, yaitu:
1. Bagaimana
peran guru dan peran orang tua dalam
mengembangkan kretivitas anak?
2. Bagaimana
mengembangkan bakat anak melalui kreativitas anak ?
3. Bagaimana
meningkatkan kreativitas anak melalui media cat air?
C.
Tujuan
Masalah
Adapun
tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Untuk
mengetahui peran guru dan peran orang tua dalam mengembangkan kretivitas anak.
2. Untuk
mengetahui cara mengembangkan kreativitas anak dalam bermain kreatif “Cat Air
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Kajian
Teori
1.
Konsep Anak Usia Dini
a.
Pengertian Anak Usia Dini
Dalam
Sujiono (2009: 6) Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani
suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai
aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup
manusia. Proses pembelajaran
sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan
karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.
Dalam Susanto
(2011:16), anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan dikatakan sebagai
lompatan perkembangan. Hal ini berarti Anak usia dini adalah usia yang sangat
rentan pada tahap pertumbuhan dan perkembangan.
Berdasarkan
beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak
yang berusia 0 – 6 tahun yang unik dan memiliki karakteristik yang khusus dari
segi sosial, kognitif, emosi, bahasa, fisik dan motorik serta mengalami
perkembangan dan pertumbuhan yang sangat fundamental untuk tahun – tahun
selanjutnya.
b.
Karakteristik Anak Usia Dini
Anak
usia dini memiliki karakteristik yang khas baik secara psikis, fisik, sosial,
moral dan sebagainya. Menurut pandangan psikologis anak usia dini memiliki
karakteristik yang khas dan berbeda dengan anak lain yang berada diatas usia 8
tahun.
Kellough dalam
Hartati (2005: 8) mengemukakan karakteristik anak usia dini adalah sebagai
berikut : Anak itu bersifat egosentris,
Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, Anak adalah makhluk sosial, Anak
umumnya kaya dengan fantasi, Anak bersifat unik, Anak memiliki daya konsentrasi
yang pendek, Anak merupakan masa belajar yang paling potensial
Suryana
(2013:32) menjelaskan bahwa karakteristik anak usia dini adalah sebagai
berikut:
1)
Anak bersifat egosentris, pada umumnya
anak masih bersifat egosentris. Ia
melihat dunia dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Hal itu
bisa diamati ketika anak saling berebut mainan, menangis ketika menginginkan
sesuatu namun tidak terpenuhi oleh orangtuanya.
2)
Anak memiliki rasa ingin tahu (cutiosity), anak berpandangan bahwa dunia ini dipenuhi hal-hal yang menarik
dan menakjubkan. Hal ini mendorong rasa ingin tahu anak sangat bervariasi,
tergantung dengan apa yang menarik
perhatiannya. Semakin banyak pengetahuan yang didapat berdasarkan rasa ingin
tahu anak yang tinggi maka daya fikir anak akan semakin kaya.
3)
Anak bersifat unik, menurut Bredekamp dalam suryana (2013:2) anak
memiliki keunikan sendiri seperti dalam gaya belajar, minat dan latar belakang
keluarga. Keunikan yang dimiliki oleh masing masing anak sesuai dengan bawaan,
minat, kemampuan dan latar belakang budaya serta kehidupan yang berbeda satu
sama lain. Meskipun terdapat pola urutan
umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi namun pola perkembangan dan
belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain.
4)
Kaya imajinasi dan fantasi, anak
memiliki dunia sendiri berbeda dengan orang lain diatas usianya. Mereka tertarik dengan hal-hal yang bersifat imajinatif sehingga mereka kaya
dengan fantasi. Terkadang mereka bertanya tentang sesuatu yang tidak dapat
ditebak oleh orang dewasa hal itu disebabkan karena mereka memiliki fantasi
yang luar biasa dan berkembang melebihi apa yang dilihatnya. Untuk memperkaya imajinasi dan fantasi anak maka
perlu diberikan pengalaman pengalaman yang dapat merangsang untuk terus
mengembangkan kemampuannya.
5)
Anak memiliki daya konsentrasi yang
pendek, pada umumnya anak sulit untuk berkosentrasi pada suatu kegiatan dalam
jangka waktu yang lama. Ia selalu cepat mengalihkan perhatian pada kegiatan
lain kecuali memang kegiatan tersebut selain menyenangkan juga bervariasi dan
tidak membosankan. Rentang konsentrasi anak usia lima tahun umumnya adalah
sepuluh menit untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman. Daya
perhatian yang pendek membuat ia masih sangat sulit untuk duduk dalam
memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama kecuali terhadap hal-hal
yang menarik dan menyenangkan bagi mereka.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak
usia dini adalah anak merupakan sosok individu yang unik, aktif, energik,
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, egosentris, eksploratif, mengekspresikan
prilakunya secara spontan dan lain-lain. Mengenal karakteristik anak untuk
kepentingan proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting. Adanya
pemahaman yang jelas tentang karakteristik anak akan memberikan kontribusi
terhadap pencapaian tujuan pembelajaran secara aktif.
2.
Konsep Kreativitas
a.
Pengertian Kreativitas
Supriadi
dalam Rakimahwati (2009 : 1 ) kreativitas
adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa
gagasan maupun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah ada.
Kreativitas merupakan kemampuan berfikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan
terjadinya eskalasi daam kemampuan berfikir, ditandai oleh suksesi,
dikontinuitas, diferesensiasi, dan integritas antara setiap tahap perkembanga.
b.
Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas
Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa seorang anak yang mendapat rangsangan akan lebih
berpeluang lebih cerdas dengan sebaliknya. Sala satu bentuk rangsangan yang
sangat penting adalah kasih saying (touch).
Empat
hal yang diperhitungkan dalam pengembangan kreativitas:
1.
Rangsangan Mental
Suatu
karya kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan rangsangan mental yang
mendukung. Pada aspek kognitif anak distimulasi agar mampu memberikan berbagai
alternative pada setiap stimulant yang muncul. Pada aspek kepribadian anak
distimulasi untuk mengembangkan berbagai potensi pribadi kreatif seperti percaya
diri, keberanian, ketahanan, dan pertahanan diri jadi para pendidik harus siap
untuk menerima apapun karya anak dukungan mental bagi anak sangat diperlukan.
Dengan adanya dukungan mental anak akan merasa dihargai dan diterima
keberadaannya sehingga ia akan berkarya dan memiliki keberanian untuk
memperlihatkan kemampuannya.
2.
Iklim dan Kondisi Lingkungan
Kondisi
lingkungan disekitar anak sangat berpengaruh besar dalam menumbuh kembang
kreativitas. Lingkungan yang sempit, pengap, dan menjemukan akan terasa muram,
tidak bersemangat an menumpukkan ide-ide cemerlang.
Chery
dan Ayan dalam Rakimawati (2009: 15) mengemukakan bebrapa kondisi lingkungan
yang harus diciptakan untuk menumbuhkan jiwa-jiwa kreatif sebagai berikut:
a.
Pencahayaan
Cahaya
merupakan salah satu sumber energy kreatif yang paling ampu, bahkan cahaya
matahari yang terang langsung memiliki kaitan biologis dengan tubuh dan pikiran
b.
Sentuan Warna
Warna
memiliki aspek tertentu terhadap lingkungannya, dapat membuat kita merasa penuh
energik. Sementara warna lain punya efek menenangkan.
c.
Seni dalam lingkungan
Seni
dalam lingkungan bearti segala sesuatu di dinding, rak, dan semua permukaan
sekitar ruangan. Ini meliputi apa saja mulai dari poster, hiasan dinding, dan
foro berbingkai dll.
d.
Bunyi dan Musik
Musik
dan bunyi mempunyai 2 fungsi:
1.
Jenis music tertentu dapat meningkatkan
fungsi otak dan membantu kecepatan belajar dan daya ingat.
2.
Mempengaruhi penataan dan suasana hati.
Music dapat mengeluarkan anda dari zona
kenyamanan menuju pikiran dan perasaan baru, tepat pada bidang yang kita
butuhkan agar menjadi kreatif.
e.
Sentuhan
·
Gunakan sentuhan untuk menghadirkan
kenyamanan fisik dan relaksasi
·
Gunakan sentuhan untuk mencapai
ketenangan.
·
Gunakan sentuhan dan gerak untuk
mendaptkan rangsangan
f.
Cita Rasa
Tiga
prinsip penting dalam masalah gizi harus diingat:
·
Karbohidrat dapat menyebabkan kantuk
·
Protein meningkatkan kesiagaan, lemak
menumpulkan ketajaman mental
·
Pola makan terbaik adalah mementingkan
buah-buahan segar dan sayur.
3.
Konsep Bermain
a.
Konsep Bermain
1.
Pengertian Bermain
Bermain
adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuan dan perkembangan anak.
Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak itu
sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan bermain
yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar anak.
Menurut
Dockett dan Fleer dalam Yuliani ( 2012 : 144) berpendapat bahwa bermain
merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh
pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
2.
Bermain Kreatif
Permainan
yang memungkinkan anak menciptakan berbagai kreasi dari imajinasinya sendiri.
Dengan bantuan media cat air.
3.
Manfaat Bermain
Joan
Freeman dan Utami Munandar dalam Andang Ismail (2012: 27) menyebutkan bahwa
beberapa psikolog dan sosiolog mengemukakan pandangan mengenai manfaat bermain
sebagai berikut:
a.
Sebagai penyalur energy berlebih yang
dimiliki anak. Anak mempunyai energy berlebih karena terbebas dari segala macam
tekanan, baik tekanan ekonomis maupun social, sehingga ia mengungkapkan
energinya dalam bermain.
b.
Sebagai sarana untuk menyiapkan hidupnya
kelak dewasa. Mealui bermain, seseorang anak menyiapkan diri untuk hidupnya kelak
jika dewasa.
c.
Sebagai pelanjut citra kemanusiaan.
Melalui bermain anak melewati tahap-tahap perkembangan yang sama dari
perkerjaan sejarah umat manusia.
d.
Untuk membangun energy yang hilang.
Bermain merupakan medium untuk menyegarkan badan kembali setelah bekerjsa
selama berjam-jam.
e.
Untuk memperoleh kompensasi atas hal-hal
yang tidak diperolehnya. Melalui kegiatan bermain, anak memuaskan
keinginan-keinginannya yang terpendam atau tertekan.
f.
Bermain juga memungkinkan anak
melepaskan perasaan-perasaan dan emosinya, yang dalam realitas tidak dapat
diungkapkan.
g.
Memberi stimulus pada pembentukan
kepribadian
4.
Tujuan Bermain pada anak usia dini
Pada
dasarnya bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara perkembangan atau
pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif,
interaktif dan terintegrasi dari anak-anak.
5.
Karakteristik Bermain
Berdaarkan
penelitian yang dilakukan oleh Smith, Garbery, Rubin, Fein dan Vandenbeg dalam
Andang Ismail (2012: 31), adanya ciri-ciri kegiatan bermain sebagai berikut:
a.
Dilakukan berdasarkan motivasi
instrinsik munculnya berdasar keinginan pribadi serta untuk kepentingan
sendiri.
b.
Perasaan dari orang yang terlibat dalam
kegitan bermain diwarnai oleh emosi-emosi yang positif.
c.
Fleksibelitas yang ditandai mudahnya
kegiatan beraih dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya.
d.
Lebih menekanka pada proses yang
berlangsung dibandingkan hasil akhir.
e.
Bebas memilih.
Jefree, McConkey, dan Hewson dalam
Yuliani ( 2012 : 146 ) berpendapat bahwa terdapat enam karakteristik kegiatan
bermain pada anak yang perlu dipahami oleh stimulor, yaitu:
a.
Bermain muncul dari dalam diri anak
Keinginan
bermain harus muncul dari dalam diri anak, sehingga anak dapat menikmati dan
bermain sesuai dengan caranya sendiri.
b.
Bermain harus bebas dari aturan yang
mengikat, kegiatan untuk dinikmati
Bermain
pada anak usia dini harus terbebas dari aturan yang mengikat, karena anak usia
dini memiliki cara bermainnya sendiri, dan untuk itulah bermain pada anak usia
dini harus menyenangkan, mengasyikkan, dan menggairahkan.
c.
Bermain adalah aktivitas nyata dan
sesungguhnya
Dalam
bermain anak melakukan aktivitas nyata, misalnya saat anak bermain dengan air,
anak melakukan aktivitas dengan air mengenal air dari bermainnya. Bermain
melibatkan partisipasi aktif baik secara fisik maupun mental.
d.
Bermain harus difokuskan pada proses
dari pada hasil
Dalam
bermain anak harus difokuskan pada proses, bukan hasil yang diciptakan oleh
anak. Dalam bermain anak mengana dan mengetahui apa yang ia mainkan dan
mendapatkan keterampilan baru, mengembangkan perkembangan anak dan anak
memperoleh pengetahuan dari apa yang ia mainkan.
e.
Bermain harus didominasi oleh pemain
Anak
itu sendiri tidak didominasi oleh orang dewasa, karena jika bermain didominasi
oleh orang dewasa maka anak tidak akan mendapatkan makna apapun dari
bermainnya.
f.
Bermain harus melibatkan peran aktif
dari pemain
Bermain
harus melibatkan peran aktif bermain. Anak sebagai pemain harus terjun langsung
dalam bermain.
6.
Tahapan dan perkembangan bermain
Dalam
bermain, anak belajar untuk berinteraksi dengan oranf yang ada di sekitarnya
Menurut
piaget dalam Dadan (2013 : 147 ) bermain terdiri dari (1) Unoccupied (tidak
menetap) anak hanya melihat anak lain bermain, tetapi tidak ikut bermain.anak
tahap ini hanya mengamati sekeliling dan berjalan-jalan tetapi tidak terjadi
interaksi dengan anak yang lain. (2) Onlooker
(pengamat/penonton) pada tahap ini anak belum mau terlibat untuk
bermain, tetapi anak sudah mulai
bertanya dan lebih mendekat pada anak yang sedang bermain dan anak sudah mulai
muncul ketertarikan untuk bermain.
1.
Solitary independent Play (Bermain
sendiri)
Tahap
ini sudah mulai bermain, tetapi bermain sendiri dengan mainnya, terkadang anak
berbicara dengan temannya yang sedang bermain, tetapi todak terlibat dengan
permainan anak lain.
2.
Parallel Activity ( Kegiatan Paralel )
Anak
sudah bermain dengan anak lain tetapi belum terjadi interaksi dengan anak
lainnya dan anak cenderung menggunakan alat yang ada didekat anak lain. Terjadi
tukar menukar mainan atau anak mengikuti anak lain.
3.
Associative Play ( Bermain dengan Teman )
Pada
tahap ini terjadi interaksi yang lebih kompleks pada anak. Dalamm bermain anak
sudah mulai saling mengingatkan satu sama lain.
4.
Cooperative or Organized Supplementary
Play (Kerja Sama dalam Bermain atau dengan Aturan)
Saat
anak bermain bersama secara lebih terorganisasi dan masing-masing menjalankan
peran yang saling mempengaruhi satu sama lain.
4.
Konsep Cat Air
Pengertian
Cat Air
Dimaksud
media cat air dalam penelitian ini adalah suatu perantara yang diwujudkan
secara visual dalam bentuk cat air yang dipergunakan oleh guru untuk
mengenalkan warna kepada Anak demi tercapainya tujuan pembelajaran
B.
Kerangka
Konseptual
Imajinasi Anak
|
Menstimulasi
Kreativitas Anak
|
Cat Air
|
Bermain Kreatif
|
Peran Guru
|
Peran Orangtua
|
Anak Usia Dini
|
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Peran
Orang Tua dan Peran Guru dalam Mengembangkan Kretivitas Anak
·
Peran Orang tua
Untuk mengembangkan kemampuan bahasa misalnya, biasakan agar
orang tua rajin menjalin percakapan dengan anak, ajaklah ia berbicara dengan
suara yang halus, biasakanlah untuk membacakan cerita-cerita dari buku-buku
dengan gambar – gambar yang menarik. Ajaklah berdialog dan berilah kesempatan
kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya. Anak yang kreatif
adalah anak yang memiliki kecerdasan dan orang tua harusalah bangga memiliki
anak yang cerdas dalam bentuk hal apapun. Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membangun
kreativitas anak, di antaranya adalah:
1. Membangun
kepribadian islam
orangtua dapat membangun kepribadian Islam pada anak yang
tercermin dari pola pikir dan pola sikap anak yang islami. Ajak anak mengamati,
mendengarkan berbagai suara, meraba berbagai tekstur benda, mencium berbagai
bau dan mengecap berbagai rasa. Menstimulasi otak dilakukan dengan cara memberi
nutrisi yang halal dan bergizi yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak
sejak dalam kandungan serta banyak menghadirkan fakta dan informasi yang dapat
di cerap oleh anak. Menstimulasi informasi diarahkan untuk meyakini adanya
Pencipta melalui fakta-fakta penciptaan alam. Orangtua juga bisa membacakan
cerita, mengajari anak untuk selalu mengaitkan fakta baru dengan informasi yang
sudah diberikan, serta menghindarkan anak dari fakta dan informasi yang merusak
dengan cara menseleksi tayangan TV
2. Memilihkan sarana permainan yang
sesuai
Bermain merupakan penyaluran terbaik
untuk membuang surplus energi mereka itu. Dengan bermain, selain memperoleh
kegembiraan, kenikmatan, dan kepuasan, anak juga akan mendapatkan manfaatnya,
seperti bertumbuhnya segi fisik-motorik, mental-intelektual/kognitif, sosial,
moral, emosional, dan tentunya kreativitas. Dengan bermain, anak sekaligus
belajar tentang konsep bentuk, ukuran, warna, jumlah, dan kegunaan objek.
3. Kenalkan
anak pada lingkungan sosial
Pengenalan terhadap lingkungan
sosial akan memberikan bekal empiris kepada anak yang kelak bermasyarakat dalam
alam pergaulan dewasa. Anak dilatih mengerti fungsi berbagi diri, pada saat
yang sama seorang anak, selain menjadi dirinya sendiri, juga merupakan bagian
yang organis dari sebuah kelompok, komunitas. Dalam hal ini, anak berkembang
menjadi dirinya sendiri, sekaligus berkenalan dengan aturan main, dengan norma,
sehingga dia dapat bergaul dengan wajar. Ajak anak bermain dengan yang
beruhubungan dengan alam, jangan asal melarang apa yang anak inginkan,
memfasilitasi anak dengan dunianya sekarang seperi mainan dll, serta mengajak
anak melakukan kreativitas yang kreatif, seperti memasak bersama, membuat
cerita sebelum tidur, mengajak anak untuk bermain peran yang anak sendiri
membuatnya, menari bersama, berkebun bersama
·
Peran
Guru disekolah
Ajaklah berdialog dan berilah
kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya. Melalu cara-cara
sederhana, pada usia dini anak sudah mulai diperkenalkan pada kegiatan membaca
dan menulis. Misalnya dengan cara menempelkan tulisan – tulisan pada benda –
benda di sekitar anak, sekitar kursi, meja, televise, pintu, jendela dan
sebagainya. Atau kepada anak diberikan kertas ukuran besar agar anak dapat
menggambar huruf – huruf sederhana seperti : O, I, U, A, dan sebagainya.
Untuk mengembangkan kemampuan dasar matematika, anak dapat diperkenalkan pada konsep matematika secara sederhana, seperti misalnya : menghitung jumlah anak tangga, menghitung panjang meja dengan jengkal si anak, mengukur tinggi dan berat anak sendiri. Sementara untuk memuaskan kebutuhan ilmiahnya, kepada anak bisa diajak untuk menjelajahi dunianya dengan cara melakukan berbagai eksperimen seperti : mengamati tumbuhnya kecambah, mengamati proses telur yang sedang menetas, memperhatikan saat pesawat udara tinggal landas atau mendarat dan sebagainya.
Guru hendaknya dapat melakukan
berbagai hal di rumah dan di sekolah, dengan cara yang sederhana, mudah dan
tidak harus selalu dengan biaya yng mahal bisa dengan cara berikut:
1.
Mendongeng
Melalui kegiatan mendongeng yang
dilakukan oleh orangtua maupun guru, anak dapat diajak untuk mengembangkan daya
imajinasinya yang kaya raya, seperti putri salju dll.
2.
Bekarya
keatif
Anak diajak untuk bersama orang tua
/ guru membuat aneka karya kreatif dari bahan – bahan sederhana yang dapat
dijumpai di sekeliling mereka, seperti : karton bekas pasta gigi, gelas
plastik, kotak korek api, kertas majalah bekas dan sebagainya
3.
Melukis
bebas
Memberikan kesempatan kepada anak
untuk mencorat – coret pada tempat – tempat tertentu secara bebas, apakah
dengan krayon, spidol atau pensil berwarna, sungguh merupakan kesempatan bagi
mereka untuk mengungkapkan ide – idenya yang kaya secara menyenangkan, ibarat
memberikan kesempatan bicara secara panjang lebar pada orang dewasa. Orang tua/
guru dapat menyediakan setumpuk kertas putih atau papan yang lebar untuk
memberikan kesempatan kepada anak melukis apapun yang disukainya bersama dengan
orang tua maupun guru.
B.
Cara
Mengembangkan Bakat Anak Melalui
Kreativitasnya
Banyak
sekali cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan bakat serta kreativitas
yang ada pada diri anak. Tergantung stimulus yang diberikan kepada sehingga
kreativitas anak dapat berkembang dengan baik. Kemampuan yang dimilki oleh setiap anak dengan
tingkat yang berbeda-beda. Sesuai dengan potensi kreatif dan potensi ini dapat
dikembangkan dan distumulus dengan baik.
C.
Cara
Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Media Cat Air
Melalui
media cat air anak dapat melakukannya dengan cara menggambar atau melukis.
·
Melukis
Melukis bagi anak
adalah media berekspresi dam berkomunikasi yang dapat menciptakan suasana
aktif, asyik, dan menyenangkan.
Manfaat melukis bagi anak adalah sebagai berikut:
1. Anak
dapat menuangkan, mengungkapkan ide-ide atau khayalan dalam lukisan.
2. Dapat
meningkatkan kecerdasan anak dalam merangsang kognitifnya.
3. Dapat
meningkatkan motorik halus anak dalam berkarya.
4. Dapat
meningkatkan kreativitas anak dari hasil lukisannya
Cara melukis
Dalam
melukis yang perlu diperhatikan adalah lokasi melukis serta alat dan bahan yang
akan digunakan. Guru harus mempunyai perencanaan agar tujuan melukis anak dapat
tercapai.
Langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam melukis:
1. Menyediakan
alat dan bahan seperti: kertas, cat air, dan meja.
2. Mengatur
posisi anak sesuai lokasi yang telah disediakan.
3. Menjelaskan
tentang pemakaian alat dan bahan kepada anak.
4. Menerangkan
kepada anak bagaimana cara mencampurkan warna untuk melukis.
5. Memberikan
tugas kepada anak sambil membagikan alat dan bahan yang akan digunakan anak
untuk melukis.
6. Memotivasi
anak dalam melakukan kegiatan.
7. Menilai
hasil karya anak.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak
usia dini merupakan individu yang berbeda, unik dan memiliki karakteristik
tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan
masa keemasan ( golden age ) dimana
stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan
selanjutnya. Melalui kreativitas bermain cat air ini anak dapat bebas
berekspresi menuangkan apa yang ada pada perasaan anak, tanpa dituntut anak
untuk mengikuti perintah.
B. Saran
1.
Guru diharapkan dapat menggunakan bahan
dan alat cat air yang dapat merangsang kreativitas anak.
2.
Untuk meningkatkan kreativitas anak,
guru hendaknya menciptakan suasana kelas yang aktif, kreatif, dan menyenangkan
bagi anak.
3.
Agar pembelajaran bermain kreatif “cat
air” ini lebih konduktif dan menarik bagi anak, dan guru lebih kreatif dalam
menyajikan dan memberikan stimulus.
DAFTAR PUSTAKA
Hartati,
Sofia. 2005. Perkembangan Belajar Pada
Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas
Ismail,
Andang. 2012. Education Games. Yogyakarta
: Pro-U Media
Rakimahwati.
2009. Pengembangan Kreativitas Anak Usia
Dini. Padang : UNP Press
Sujiono,
Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT Indeks
Suryana,
Dadan. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini.
Padang : UNP PRESS
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam berbagai aspeknya. Jakarta:
Prenada Media Group.
Arihdya
Caesar. 2010. Peran orang tua dalam mengembangankna kreativitas anak) (https://arihdyacaesar.wordpress.com/2010/01/13/peran-orang-tua-dalam-mengembangkan-kreativitas-anak/ ). Diakses
pada tanggal 20 April 2016.
Anak
Cerdas. 2013. Peran guru dalam pengembangan kreativitas. (http://anakcerdas.info/peran-guru-dalam-pengembangan-kreativitas/) Diaskses pada tanggal
20 April 2016