Senin, 16 Mei 2016

Upaya Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Umur 4-5 tahun Melalui Bermain Kreatif “Cat Air”

Upaya Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Umur  4-5 tahun Melalui Bermain Kreatif “Cat Air”


Diajukan Sebagai Tugas Makalahh Untuk Syarat UTS Kreativitas Anak Usia Dini



Disusun Oleh :
    RINI APRILLIA
     14022021/2014
                                                            Lokal A




PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016

                                                                          BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
           Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan ( golden age ) dimana stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Perlu disadari bahwa masa awal kehidupan anak merupakan masa terpenting dalam rentang kehidupan seseorang anak. pada masa ini pertumbuhan.

           Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuan dan perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar anak. Karena pada dasarnya anak itu bermain sambil belajar, belajar selaya bermain. Tetapi sekarang ini anak di tuntut untuk membaca, menulis, dan berhitung. Hendaknya anak dikenalkan dahulu konsep dasar dengan metode bermain dan bernyanyi, sehingga anak tidak merasa terbebani akan tugas yang semsetinya belum saatnya anak terima.

           Semua anak yang lahir di dunia pasti mempunyai sisi kreativitas, tapi dalam kadar yang berbeda. Tinggi rendahnya kreativitas anak dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor genetika (bawaan lahir) dan faktor lingkungan. Kreativitas ini akan tumbuh secara optimal jika kedua faktor dipadukan secara baik. Seperti perkembangan kepribadian, perkembangan kreativitas anak terkait erat dengan pola asuh. Hubungan ibu atau orang dekat lainnya dengan anak memberikan dasar bagi bagaimana dan sejauh mana anak dapat mengembangkan kreativitasnya. Pengasuhan yang dilandasi oleh hubungan yang hangat, nyaman, dan mendukung akan menghasilkan keleluasaan pada anak untuk mengembangkan dirinya, termasuk juga mengembangkan kreativitas.

           Kreativitas dan bakat pada diri anak perlu dipupuk dan dikembangkan. Karena dengan kreativitas dan bakat yang dimilikinya itu mereka dapat menjadi pribadi-pribadi yang kreatif. Tetapi terkadang saat sekarang ini guru belum dapat mengembangan kreativitas anak, karena strategi atau metode yang digunakan tidak bervariasi dan menarik bagi anak, Oleh karena itu, sebagai calon guru kita harus dapat mengembangkan kreativitas anak dengan maksimal hingga kreativitas anak tidak mati. Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk menulis sebuah makalah dengan judul “Upaya Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Umur  4-5 tahun Melalui Bermain Kreatif “Cat Air”

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang diuraikam sebelumnya, maka rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1.      Bagaimana  peran guru dan peran orang tua dalam mengembangkan kretivitas anak?
2.      Bagaimana mengembangkan bakat anak melalui kreativitas anak ?
3.      Bagaimana meningkatkan kreativitas anak melalui media cat air?

C.    Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :
1.      Untuk mengetahui peran guru dan peran orang tua dalam mengembangkan kretivitas anak.
2.      Untuk mengetahui cara mengembangkan kreativitas anak dalam bermain kreatif “Cat Air
BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Kajian Teori
1.      Konsep Anak Usia Dini
a.       Pengertian Anak Usia Dini
Dalam Sujiono (2009: 6) Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.
Dalam Susanto (2011:16), anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Hal ini berarti Anak usia dini adalah usia yang sangat rentan pada tahap pertumbuhan dan perkembangan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun yang unik dan memiliki karakteristik yang khusus dari segi sosial, kognitif, emosi, bahasa, fisik dan motorik serta mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat fundamental untuk tahun – tahun selanjutnya.

b.      Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas baik secara psikis, fisik, sosial, moral dan sebagainya. Menurut pandangan psikologis anak usia dini memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dengan anak lain yang berada diatas usia 8 tahun.
Kellough dalam Hartati (2005: 8) mengemukakan karakteristik anak usia dini adalah sebagai berikut :  Anak itu bersifat egosentris, Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, Anak adalah makhluk sosial, Anak umumnya kaya dengan fantasi, Anak bersifat unik, Anak memiliki daya konsentrasi yang pendek, Anak merupakan masa belajar yang paling potensial
Suryana (2013:32) menjelaskan bahwa karakteristik anak usia dini adalah sebagai berikut:
1)      Anak bersifat egosentris, pada umumnya anak masih bersifat egosentris. Ia  melihat dunia dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Hal itu bisa diamati ketika anak saling berebut mainan, menangis ketika menginginkan sesuatu namun tidak terpenuhi oleh orangtuanya.
2)      Anak memiliki rasa ingin tahu (cutiosity), anak berpandangan  bahwa dunia ini dipenuhi hal-hal yang menarik dan menakjubkan. Hal ini mendorong rasa ingin tahu anak sangat bervariasi, tergantung dengan apa yang  menarik perhatiannya. Semakin banyak pengetahuan yang didapat berdasarkan rasa ingin tahu anak yang tinggi maka daya fikir anak akan semakin kaya.
3)      Anak bersifat unik, menurut Bredekamp dalam suryana (2013:2) anak memiliki keunikan sendiri seperti dalam gaya belajar, minat dan latar belakang keluarga. Keunikan yang dimiliki oleh masing masing anak sesuai dengan bawaan, minat, kemampuan dan latar belakang budaya serta kehidupan yang berbeda satu sama  lain. Meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi namun pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain.
4)      Kaya imajinasi dan fantasi, anak memiliki dunia sendiri berbeda dengan orang lain diatas usianya. Mereka  tertarik dengan hal-hal  yang bersifat imajinatif sehingga mereka kaya dengan fantasi. Terkadang mereka bertanya tentang sesuatu yang tidak dapat ditebak oleh orang dewasa hal itu disebabkan karena mereka memiliki fantasi yang luar biasa dan berkembang melebihi apa yang dilihatnya. Untuk  memperkaya imajinasi dan fantasi anak maka perlu diberikan pengalaman pengalaman yang dapat merangsang untuk terus mengembangkan kemampuannya.
5)      Anak memiliki daya konsentrasi yang pendek, pada umumnya anak sulit untuk berkosentrasi pada suatu kegiatan dalam jangka waktu yang lama. Ia selalu cepat mengalihkan perhatian pada kegiatan lain kecuali memang kegiatan tersebut selain menyenangkan juga bervariasi dan tidak membosankan. Rentang konsentrasi anak usia lima tahun umumnya adalah sepuluh menit untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman. Daya perhatian yang pendek membuat ia masih sangat sulit untuk duduk dalam memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama kecuali terhadap hal-hal yang menarik dan menyenangkan bagi mereka.
  Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak usia dini adalah anak merupakan sosok individu yang unik, aktif, energik, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, egosentris, eksploratif, mengekspresikan prilakunya secara spontan dan lain-lain. Mengenal karakteristik anak untuk kepentingan proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting. Adanya pemahaman yang jelas tentang karakteristik anak akan memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran secara aktif.

2.      Konsep Kreativitas
a.       Pengertian Kreativitas
Supriadi dalam Rakimahwati  (2009 : 1 ) kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah ada. Kreativitas merupakan kemampuan berfikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi daam kemampuan berfikir, ditandai oleh suksesi, dikontinuitas, diferesensiasi, dan integritas antara setiap tahap perkembanga.

b.      Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seorang anak yang mendapat rangsangan akan lebih berpeluang lebih cerdas dengan sebaliknya. Sala satu bentuk rangsangan yang sangat penting adalah kasih saying (touch).
Empat hal yang diperhitungkan dalam pengembangan kreativitas:
1.      Rangsangan Mental
Suatu karya kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan rangsangan mental yang mendukung. Pada aspek kognitif anak distimulasi agar mampu memberikan berbagai alternative pada setiap stimulant yang muncul. Pada aspek kepribadian anak distimulasi untuk mengembangkan berbagai potensi pribadi kreatif seperti percaya diri, keberanian, ketahanan, dan pertahanan diri jadi para pendidik harus siap untuk menerima apapun karya anak dukungan mental bagi anak sangat diperlukan. Dengan adanya dukungan mental anak akan merasa dihargai dan diterima keberadaannya sehingga ia akan berkarya dan memiliki keberanian untuk memperlihatkan kemampuannya.

2.      Iklim dan Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan disekitar anak sangat berpengaruh besar dalam menumbuh kembang kreativitas. Lingkungan yang sempit, pengap, dan menjemukan akan terasa muram, tidak bersemangat an menumpukkan ide-ide cemerlang.
Chery dan Ayan dalam Rakimawati (2009: 15) mengemukakan bebrapa kondisi lingkungan yang harus diciptakan untuk menumbuhkan jiwa-jiwa kreatif sebagai berikut:
a.       Pencahayaan
Cahaya merupakan salah satu sumber energy kreatif yang paling ampu, bahkan cahaya matahari yang terang langsung memiliki kaitan biologis dengan tubuh dan pikiran
b.      Sentuan Warna
Warna memiliki aspek tertentu terhadap lingkungannya, dapat membuat kita merasa penuh energik. Sementara warna lain punya efek menenangkan.
c.       Seni dalam lingkungan
Seni dalam lingkungan bearti segala sesuatu di dinding, rak, dan semua permukaan sekitar ruangan. Ini meliputi apa saja mulai dari poster, hiasan dinding, dan foro berbingkai dll.
d.      Bunyi dan Musik
Musik dan bunyi mempunyai 2 fungsi:
1.      Jenis music tertentu dapat meningkatkan fungsi otak dan membantu kecepatan belajar dan daya ingat.
2.      Mempengaruhi penataan dan suasana hati.
Music dapat mengeluarkan anda dari zona kenyamanan menuju pikiran dan perasaan baru, tepat pada bidang yang kita butuhkan agar menjadi kreatif.
e.       Sentuhan
·         Gunakan sentuhan untuk menghadirkan kenyamanan fisik dan relaksasi
·         Gunakan sentuhan untuk mencapai ketenangan.
·         Gunakan sentuhan dan gerak untuk mendaptkan rangsangan
f.       Cita Rasa
Tiga prinsip penting dalam masalah gizi harus diingat:
·         Karbohidrat dapat menyebabkan kantuk
·         Protein meningkatkan kesiagaan, lemak menumpulkan ketajaman mental
·         Pola makan terbaik adalah mementingkan buah-buahan segar dan sayur.

3.      Konsep Bermain
a.       Konsep Bermain
1.      Pengertian Bermain
Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuan dan perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar anak.
Menurut Dockett dan Fleer dalam Yuliani ( 2012 : 144) berpendapat bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya.

2.      Bermain Kreatif
Permainan yang memungkinkan anak menciptakan berbagai kreasi dari imajinasinya sendiri. Dengan bantuan media cat air.

3.      Manfaat Bermain
Joan Freeman dan Utami Munandar dalam Andang Ismail (2012: 27) menyebutkan bahwa beberapa psikolog dan sosiolog mengemukakan pandangan mengenai manfaat bermain sebagai berikut:
a.       Sebagai penyalur energy berlebih yang dimiliki anak. Anak mempunyai energy berlebih karena terbebas dari segala macam tekanan, baik tekanan ekonomis maupun social, sehingga ia mengungkapkan energinya dalam bermain.
b.      Sebagai sarana untuk menyiapkan hidupnya kelak dewasa. Mealui bermain, seseorang anak menyiapkan diri untuk hidupnya kelak jika dewasa.
c.       Sebagai pelanjut citra kemanusiaan. Melalui bermain anak melewati tahap-tahap perkembangan yang sama dari perkerjaan sejarah umat manusia.
d.      Untuk membangun energy yang hilang. Bermain merupakan medium untuk menyegarkan badan kembali setelah bekerjsa selama berjam-jam.
e.       Untuk memperoleh kompensasi atas hal-hal yang tidak diperolehnya. Melalui kegiatan bermain, anak memuaskan keinginan-keinginannya yang terpendam atau tertekan.
f.       Bermain juga memungkinkan anak melepaskan perasaan-perasaan dan emosinya, yang dalam realitas tidak dapat diungkapkan.
g.      Memberi stimulus pada pembentukan kepribadian

4.      Tujuan Bermain pada anak usia dini
Pada dasarnya bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif, interaktif dan terintegrasi dari anak-anak.


5.      Karakteristik Bermain
Berdaarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith, Garbery, Rubin, Fein dan Vandenbeg dalam Andang Ismail (2012: 31), adanya ciri-ciri kegiatan bermain sebagai berikut:
a.       Dilakukan berdasarkan motivasi instrinsik munculnya berdasar keinginan pribadi serta untuk kepentingan sendiri.
b.      Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegitan bermain diwarnai oleh emosi-emosi yang positif.
c.       Fleksibelitas yang ditandai mudahnya kegiatan beraih dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya.
d.      Lebih menekanka pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhir.
e.       Bebas memilih.
Jefree, McConkey, dan Hewson dalam Yuliani ( 2012 : 146 ) berpendapat bahwa terdapat enam karakteristik kegiatan bermain pada anak yang perlu dipahami oleh stimulor, yaitu:
a.       Bermain muncul dari dalam diri anak
Keinginan bermain harus muncul dari dalam diri anak, sehingga anak dapat menikmati dan bermain sesuai dengan caranya sendiri.
b.      Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat, kegiatan untuk dinikmati
Bermain pada anak usia dini harus terbebas dari aturan yang mengikat, karena anak usia dini memiliki cara bermainnya sendiri, dan untuk itulah bermain pada anak usia dini harus menyenangkan, mengasyikkan, dan menggairahkan.
c.       Bermain adalah aktivitas nyata dan sesungguhnya
Dalam bermain anak melakukan aktivitas nyata, misalnya saat anak bermain dengan air, anak melakukan aktivitas dengan air mengenal air dari bermainnya. Bermain melibatkan partisipasi aktif baik secara fisik maupun mental.

d.      Bermain harus difokuskan pada proses dari pada hasil
Dalam bermain anak harus difokuskan pada proses, bukan hasil yang diciptakan oleh anak. Dalam bermain anak mengana dan mengetahui apa yang ia mainkan dan mendapatkan keterampilan baru, mengembangkan perkembangan anak dan anak memperoleh pengetahuan dari apa yang ia mainkan.

e.       Bermain harus didominasi oleh pemain
Anak itu sendiri tidak didominasi oleh orang dewasa, karena jika bermain didominasi oleh orang dewasa maka anak tidak akan mendapatkan makna apapun dari bermainnya.
f.       Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain
Bermain harus melibatkan peran aktif bermain. Anak sebagai pemain harus terjun langsung dalam bermain.

6.      Tahapan dan perkembangan bermain
Dalam bermain, anak belajar untuk berinteraksi dengan oranf yang ada di sekitarnya
Menurut piaget dalam Dadan (2013 : 147 ) bermain terdiri dari (1) Unoccupied (tidak menetap) anak hanya melihat anak lain bermain, tetapi tidak ikut bermain.anak tahap ini hanya mengamati sekeliling dan berjalan-jalan tetapi tidak terjadi interaksi dengan anak yang lain. (2) Onlooker  (pengamat/penonton) pada tahap ini anak belum mau terlibat untuk bermain, tetapi  anak sudah mulai bertanya dan lebih mendekat pada anak yang sedang bermain dan anak sudah mulai muncul ketertarikan untuk bermain.
1.      Solitary independent Play (Bermain sendiri)
Tahap ini sudah mulai bermain, tetapi bermain sendiri dengan mainnya, terkadang anak berbicara dengan temannya yang sedang bermain, tetapi todak terlibat dengan permainan anak lain.
2.      Parallel Activity ( Kegiatan Paralel )
Anak sudah bermain dengan anak lain tetapi belum terjadi interaksi dengan anak lainnya dan anak cenderung menggunakan alat yang ada didekat anak lain. Terjadi tukar menukar mainan atau anak mengikuti anak lain.
3.      Associative Play  ( Bermain dengan Teman )
Pada tahap ini terjadi interaksi yang lebih kompleks pada anak. Dalamm bermain anak sudah mulai saling mengingatkan satu sama lain.
4.      Cooperative or Organized Supplementary Play (Kerja Sama dalam Bermain atau dengan Aturan)
Saat anak bermain bersama secara lebih terorganisasi dan masing-masing menjalankan peran yang saling mempengaruhi satu sama lain.

4.      Konsep Cat Air
Pengertian Cat Air
Dimaksud media cat air dalam penelitian ini adalah suatu perantara yang diwujudkan secara visual dalam bentuk cat air yang dipergunakan oleh guru untuk mengenalkan warna kepada Anak demi tercapainya tujuan pembelajaran





B.     Kerangka Konseptual
Imajinasi Anak
Menstimulasi Kreativitas Anak
Cat Air
Bermain Kreatif
Peran Guru
Peran Orangtua
Anak Usia Dini
 



























BAB III
PEMBAHASAN

A.    Peran Orang Tua dan Peran Guru dalam Mengembangkan Kretivitas Anak
·         Peran Orang tua
Untuk mengembangkan kemampuan bahasa misalnya, biasakan agar orang tua rajin menjalin percakapan dengan anak, ajaklah ia berbicara dengan suara yang halus, biasakanlah untuk membacakan cerita-cerita dari buku-buku dengan gambar – gambar yang menarik. Ajaklah berdialog dan berilah kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya. Anak yang kreatif adalah anak yang memiliki kecerdasan dan orang tua harusalah bangga memiliki anak yang cerdas dalam bentuk hal apapun. Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membangun kreativitas anak, di antaranya adalah:
1.      Membangun kepribadian islam
orangtua dapat membangun kepribadian Islam pada anak yang tercermin dari pola pikir dan pola sikap anak yang islami. Ajak anak mengamati, mendengarkan berbagai suara, meraba berbagai tekstur benda, mencium berbagai bau dan mengecap berbagai rasa. Menstimulasi otak dilakukan dengan cara memberi nutrisi yang halal dan bergizi yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak sejak dalam kandungan serta banyak menghadirkan fakta dan informasi yang dapat di cerap oleh anak. Menstimulasi informasi diarahkan untuk meyakini adanya Pencipta melalui fakta-fakta penciptaan alam. Orangtua juga bisa membacakan cerita, mengajari anak untuk selalu mengaitkan fakta baru dengan informasi yang sudah diberikan, serta menghindarkan anak dari fakta dan informasi yang merusak dengan cara menseleksi tayangan TV
2.      Memilihkan sarana permainan yang sesuai
Bermain merupakan penyaluran terbaik untuk membuang surplus energi mereka itu. Dengan bermain, selain memperoleh kegembiraan, kenikmatan, dan kepuasan, anak juga akan mendapatkan manfaatnya, seperti bertumbuhnya segi fisik-motorik, mental-intelektual/kognitif, sosial, moral, emosional, dan tentunya kreativitas. Dengan bermain, anak sekaligus belajar tentang konsep bentuk, ukuran, warna, jumlah, dan kegunaan objek.

3.      Kenalkan anak pada lingkungan sosial
Pengenalan terhadap lingkungan sosial akan memberikan bekal empiris kepada anak yang kelak bermasyarakat dalam alam pergaulan dewasa. Anak dilatih mengerti fungsi berbagi diri, pada saat yang sama seorang anak, selain menjadi dirinya sendiri, juga merupakan bagian yang organis dari sebuah kelompok, komunitas. Dalam hal ini, anak berkembang menjadi dirinya sendiri, sekaligus berkenalan dengan aturan main, dengan norma, sehingga dia dapat bergaul dengan wajar. Ajak anak bermain dengan yang beruhubungan dengan alam, jangan asal melarang apa yang anak inginkan, memfasilitasi anak dengan dunianya sekarang seperi mainan dll, serta mengajak anak melakukan kreativitas yang kreatif, seperti memasak bersama, membuat cerita sebelum tidur, mengajak anak untuk bermain peran yang anak sendiri membuatnya, menari bersama, berkebun bersama



·         Peran Guru disekolah
Ajaklah berdialog dan berilah kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya. Melalu cara-cara sederhana, pada usia dini anak sudah mulai diperkenalkan pada kegiatan membaca dan menulis. Misalnya dengan cara menempelkan tulisan – tulisan pada benda – benda di sekitar anak, sekitar kursi, meja, televise, pintu, jendela dan sebagainya. Atau kepada anak diberikan kertas ukuran besar agar anak dapat menggambar huruf – huruf sederhana seperti : O, I, U, A, dan sebagainya.

Untuk mengembangkan kemampuan dasar matematika, anak dapat diperkenalkan pada konsep matematika secara sederhana, seperti misalnya : menghitung jumlah anak tangga, menghitung panjang meja dengan jengkal si anak, mengukur tinggi dan berat anak sendiri. Sementara untuk memuaskan kebutuhan ilmiahnya, kepada anak bisa diajak untuk menjelajahi dunianya dengan cara melakukan berbagai eksperimen seperti : mengamati tumbuhnya kecambah, mengamati proses telur yang sedang menetas, memperhatikan saat pesawat udara tinggal landas atau mendarat dan sebagainya.

Guru hendaknya dapat melakukan berbagai hal di rumah dan di sekolah, dengan cara yang sederhana, mudah dan tidak harus selalu dengan biaya yng mahal bisa dengan cara berikut:
1.       Mendongeng
Melalui kegiatan mendongeng yang dilakukan oleh orangtua maupun guru, anak dapat diajak untuk mengembangkan daya imajinasinya yang kaya raya, seperti putri salju dll.

2.      Bekarya keatif
Anak diajak untuk bersama orang tua / guru membuat aneka karya kreatif dari bahan – bahan sederhana yang dapat dijumpai di sekeliling mereka, seperti : karton bekas pasta gigi, gelas plastik, kotak korek api, kertas majalah bekas dan sebagainya
3.      Melukis bebas
Memberikan kesempatan kepada anak untuk mencorat – coret pada tempat – tempat tertentu secara bebas, apakah dengan krayon, spidol atau pensil berwarna, sungguh merupakan kesempatan bagi mereka untuk mengungkapkan ide – idenya yang kaya secara menyenangkan, ibarat memberikan kesempatan bicara secara panjang lebar pada orang dewasa. Orang tua/ guru dapat menyediakan setumpuk kertas putih atau papan yang lebar untuk memberikan kesempatan kepada anak melukis apapun yang disukainya bersama dengan orang tua maupun guru.

B.     Cara Mengembangkan Bakat Anak Melalui  Kreativitasnya
Banyak sekali cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan bakat serta kreativitas yang ada pada diri anak. Tergantung stimulus yang diberikan kepada sehingga kreativitas anak dapat berkembang dengan baik.  Kemampuan yang dimilki oleh setiap anak dengan tingkat yang berbeda-beda. Sesuai dengan potensi kreatif dan potensi ini dapat dikembangkan dan distumulus dengan baik.

C.    Cara Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Media Cat Air
Melalui media cat air anak dapat melakukannya dengan cara menggambar atau melukis.
·         Melukis
Melukis bagi anak adalah media berekspresi dam berkomunikasi yang dapat menciptakan suasana aktif, asyik, dan menyenangkan.
Manfaat melukis bagi anak adalah sebagai berikut:
1.      Anak dapat menuangkan, mengungkapkan ide-ide atau khayalan dalam lukisan.
2.      Dapat meningkatkan kecerdasan anak dalam merangsang kognitifnya.
3.      Dapat meningkatkan motorik halus anak dalam berkarya.
4.      Dapat meningkatkan kreativitas anak dari hasil lukisannya

Cara melukis
Dalam melukis yang perlu diperhatikan adalah lokasi melukis serta alat dan bahan yang akan digunakan. Guru harus mempunyai perencanaan agar tujuan melukis anak dapat tercapai.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melukis:
1.      Menyediakan alat dan bahan seperti: kertas, cat air, dan meja.
2.      Mengatur posisi anak sesuai lokasi yang telah disediakan.
3.      Menjelaskan tentang pemakaian alat dan bahan kepada anak.
4.      Menerangkan kepada anak bagaimana cara mencampurkan warna untuk melukis.
5.      Memberikan tugas kepada anak sambil membagikan alat dan bahan yang akan digunakan anak untuk melukis.
6.      Memotivasi anak dalam melakukan kegiatan.
7.      Menilai hasil karya anak.








BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan ( golden age ) dimana stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Melalui kreativitas bermain cat air ini anak dapat bebas berekspresi menuangkan apa yang ada pada perasaan anak, tanpa dituntut anak untuk mengikuti perintah.

B.     Saran
1.      Guru diharapkan dapat menggunakan bahan dan alat cat air yang dapat merangsang kreativitas anak.
2.      Untuk meningkatkan kreativitas anak, guru hendaknya menciptakan suasana kelas yang aktif, kreatif, dan menyenangkan bagi anak.
3.      Agar pembelajaran bermain kreatif “cat air” ini lebih konduktif dan menarik bagi anak, dan guru lebih kreatif dalam menyajikan dan memberikan stimulus.






DAFTAR PUSTAKA
Hartati, Sofia. 2005. Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas
Ismail, Andang. 2012. Education Games. Yogyakarta : Pro-U Media
Rakimahwati. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Padang : UNP Press
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:  PT Indeks
Suryana, Dadan. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini. Padang : UNP PRESS
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam berbagai aspeknya. Jakarta: Prenada Media Group.
Arihdya Caesar. 2010. Peran orang tua dalam mengembangankna kreativitas anak) (https://arihdyacaesar.wordpress.com/2010/01/13/peran-orang-tua-dalam-mengembangkan-kreativitas-anak/  ). Diakses pada tanggal 20 April 2016.
Anak Cerdas. 2013. Peran guru dalam pengembangan kreativitas. (http://anakcerdas.info/peran-guru-dalam-pengembangan-kreativitas/) Diaskses pada tanggal 20 April 2016